Tanaman Obat Suku Talang Mamak


MENGENAL TUMBUHAN OBAT SUKU PEDALAMAN
TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH

Santoso (Ajisnt_pkhs@ymail.com)

Suku Talang mamak dan Melayu tua yang bermukim di pedalaman Taman Nasional Bukit Tigapuluh telah menggunakan berbagai jenis tumbuhan obat untuk menyembuhkan penyakit sejak jaman nenek moyang. Berdasarkan hasil survei tim biota medika, diketahui bahwa suku Melayu tua telah memanfaatkan 182 jenis tumbuhan obat untuk mengobati 45 jenis penyakit. Suku Talang mamak, memanfaatkan 110 jenis tumbuhan obat untuk mengobati 56 jenis penyakit. Dan suku Anak Dalam (Orang rimba) memanfaatkan 137 jenis tumbuhan obat untuk mengobati 78 jenis penyakit (Balai TNBT, 2004 dalam Yayasan PKHS, 2009).

PKHS saat ini telah mengumpulkan berbagai jenis tumbuhan obat tersebut pada demplot percontohan. Saat ini telah dikembangkan 2 unit demplot yakni di dusun Sadan (pemukiman komunitas Melayu tua) dan dusun Datai (pemukiman komunitas Talang mamak). Koleksi demplot tumbuhan obat di dusun Sadan berjumlah 38 jenis tumbuhan obat yang dapat digunakan untuk mengobati 37 jenis penyakit. Sedangkan di demplot tumbuhan obat dusun Datai berjumlah 22 jenis tumbuhan obat yang dapat mengobati 18 jenis penyakit (Yayasan PKHS, 2009).

Diantara jenis – jenis tumbuhan obat tersebut adalah Pantauwali (Tinospora crispa) yang dapat digunakan untuk mengobati penyakit kulit, disentri dan malaria; serta Katu (Sauropus androgynus) yang dapat digunakan untuk mengobati penyakit sariawan dan memperbanyak atau memperlancar air susu ibu (ASI) pada ibu menyusui.


pantau wali

Pantauwali (Tinospora crispa)

Pantauwali atau putrawali adalah jenis tanaman yang terkenal dengan rasanya yang teramat pahit.  Orang - orang jawa biasa menyebutnya Brotowali. Cara tumbuhnya merambat dengan daun yang berbentuk seperti jantung atau panah, daun bertangkai panjang. Kulitnya seperti kertas dan banyak terdapat bintik – bintik seperti kutil pada manusia. Bunga merupakan golongan bunga tidak lengkap berwarna hijau muda, pada tunas warna daun berubah menjadi merah dan putih. Buah pantauwali berwarna merah muda. Pantauwali adalah anggota famili Menispermaceae.
Pantauwali merupakan tumbuhan tropis dan hanya terdapat di wilayah Asia Tenggara seperti Indocina, Semenanjung Malaya dan Indonesia.


Kegunaan Pantauwali

Pantauwali dimanfaatkan oleh mayarakat pedalaman Taman Nasional Bukit Tigapuluh untuk menyembuhkan beberapa jenis penyakit seperti:
a.      Obat penyakit kulit
b.     Obat sakit disentri
c.      Obat malaria

Bagian yang digunakan : Akar dan batang

Cara penggunaan :
  1. Untuk penyakit kulit caranya adalah akar dan batang yang telah dicuci dengan air bersih ditumbuk dan dicampur dengan sedikit air matang. Kemudian hasil tumbukan tersebut dioleskan pada bagian kulit yang sakit sebanyak 3 - 4 kali dalam sehari terutama dipakai setelah mandi dan sebelum tidur.
  2. Untuk pengobatan sakit disentri dan malaria caranya adalah batang atau akar yang telah dicuci dengan air bersih ditumbuk sampai halus kemudian dimasukkan kedalam gelas. Kemudian tuangkan air matang secukupnya ke dalam gelas. Aduk hingga rata kemudian di minum.


Katu (Sauropus androgynus Merr)
Tanaman katu adalah jenis tanaman herba dari famili Euphorbiaceae. Batangnya berwarna hijau dengan daun berukuran kecil – kecil berbentuk oval. Katu merupakan tumbuhan tropis.

Kegunaan Katu

Katu biasa dimanfaatkan sebagai pagar hidup pekarangan rumah. Karena selain dapat berfungsi sebagai pembatas, daun katu dapat dimanfaatkan dan diolah menjadi sayuran. Disamping itu katu juga dapat dipakai sebagai obat tradisional untuk mengobati :
a.      Obat penyakit sariawan atau bibir pecah - pecah
b.     Untuk memperbanyak air susu ibu (ASI)

Bagian yang digunakan : Daun muda

Cara penggunaan :
a.      Untuk obat sariawan; Daun yang telah dibersihkan diremas – remas lalu diperas untuk mengambil airnya. Kemudian air daun katu hasil perasan diteteskan atau dioles- oleskan pada bibir yang terkena sariawan. Sedangkan untuk mengobati panas dalam yang biasanya menyertai sariawan yaitu dengan cara daun katu direbus dengan air secukupnya, kemudian air rebusan itu diminum.
b.     Untuk memperlancar keluarnya ASI; Daun yang sudah dibersihkan direbus ditambah dengan jantung pisang batu. Kemudian hasil rebusan ini dimakan oleh ibu yang menyusui. Ramuan ini juga dapat disajikan dalam bentuk lain seperti ditumis, dibuat sup dan lain – lain.


Daftar pustaka/bibliography

Yayasan PKHS, 2009. Laporan Perkembangan Ke-3 No.3 (Juli – September) dan Laporan
Tahunan 2009 Program Penyelamatan dan Konservasi Harimau Sumatera/Sumatran Tiger Trust Conservation Program (PKHS/STTCP).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PENGELOLAAN TAMAN NASIONAL

Penyediaan Sumber Air Minum Satwa Musim Kemarau